YKB gelar pelatihan kesehatan mental remaja untuk tingkatkan kapasitas staf dalam memahami isu psikologis remaja secara empatik dan ilmiah
Jakarta, 2 Juni 2025 – Yayasan Kusuma Buana (YKB) kembali menunjukkan komitmennya dalam isu kesehatan remaja dengan menggelar kegiatan Capacity Building bertema “Kesehatan Mental Anak dan Remaja”. Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 2 Juni 2025 di Ruang Pertemuan YKB, Jakarta Timur, dan diikuti oleh para staf YKB serta tim dari Klinik Keluarga Pisangan Baru.
Dalam pelatihan ini, YKB menghadirkan dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ(K), MPH sebagai fasilitator utama. Dengan latar belakang keahlian di bidang psikiatri dan kesehatan masyarakat, dr. Adhi membuka sesi dengan paparan mendalam tentang pentingnya pemahaman kesehatan mental dalam konteks pelayanan kesehatan komunitas. Ia menekankan bahwa memahami dinamika psikologis anak dan remaja adalah langkah penting dalam menciptakan pendekatan intervensi yang empatik, ilmiah, dan manusiawi.
Sesi ini menyentuh berbagai isu krusial yang saat ini dihadapi oleh anak dan remaja, mulai dari gangguan neurodevelopmental seperti ADHD dan autisme, hingga gangguan kepribadian dan kondisi mental seperti depresi dan kecemasan. dr. Adhi juga menyoroti fenomena yang dikenal sebagai ‘strawberry generation’—generasi muda yang tampak cerah dan kuat di luar, namun rentan secara emosional. Menurutnya, tekanan akademik yang tinggi, dinamika keluarga yang tidak suportif, serta pengaruh media sosial merupakan kombinasi faktor risiko yang signifikan bagi kesehatan mental remaja di wilayah urban.

Lebih lanjut, dr. Adhi menjelaskan bahwa banyak gangguan mental yang dialami remaja berakar dari trauma masa kecil yang tidak tertangani dengan baik. Faktor lingkungan, termasuk bagaimana sekolah memberikan rasa aman dan dukungan emosional, menjadi sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. “Sekolah seharusnya menjadi ruang aman dan menyenangkan, bukan hanya tempat mengejar nilai,” ujar dr. Adhi.
Dampak pandemi COVID-19 juga mendapat perhatian khusus dalam pelatihan ini. Isolasi sosial, kehilangan orang tua, perubahan drastis dalam rutinitas, dan kurangnya interaksi langsung selama pandemi disebut sebagai penyebab meningkatnya tekanan psikologis pada anak dan remaja. Banyak dari mereka yang mengalami kecemasan, kesepian, dan bahkan menunjukkan gejala-gejala gangguan jiwa seperti depresi berat hingga self-harm.
Pelatihan ini juga menekankan pentingnya ventilasi emosional atau curhat, sebagai mekanisme sederhana yang dapat membantu meringankan beban psikologis. dr. Adhi menyarankan agar setiap institusi atau komunitas memiliki ruang-ruang healing, seperti forum diskusi atau peer support group yang memungkinkan individu untuk berbicara dan didengarkan tanpa stigma.
Selain itu, peserta juga diajak memahami pentingnya sistem pendukung yang holistik, termasuk fasilitas kesehatan mental yang mudah diakses, penyediaan layanan konseling, hingga kolaborasi antara lembaga sosial dan tenaga profesional kesehatan jiwa. Peserta aktif berdiskusi, berbagi pengalaman di lapangan, serta menyampaikan tantangan yang mereka hadapi dalam menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan anak dan remaja di komunitas.
Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konseptual staf tentang isu kesehatan mental, namun juga memperkuat kapasitas mereka dalam melakukan pendekatan yang lebih tepat dalam pendampingan remaja. Pelatihan ini menjadi momen reflektif bagi peserta untuk melihat kembali cara-cara kerja mereka, serta menggali strategi baru yang lebih adaptif terhadap kebutuhan psikologis masyarakat urban, khususnya anak dan remaja.

Dalam sesi penutup, peserta dan fasilitator bersama-sama merumuskan beberapa langkah lanjutan yang dapat dilakukan oleh YKB. Di antaranya adalah pengembangan SOP penanganan kasus kesehatan mental, penciptaan ruang-ruang relaksasi bagi staf, penyediaan pelatihan lanjutan, serta pelibatan lebih aktif sekolah-sekolah mitra dalam upaya menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa.
Kegiatan Capacity Building ini menjadi awal dari rangkaian pembelajaran lanjutan yang akan difasilitasi oleh YKB, dalam upaya berkelanjutan untuk memperkuat pendekatan sosial yang lebih sensitif terhadap isu kesehatan mental. Sebagaimana disampaikan oleh dr. Adhi, ‘Remaja tidak hanya butuh solusi, tetapi juga butuh didengar, dimengerti, dan didampingi.’ Pesan ini menjadi pengingat bagi setiap peserta bahwa upaya memahami remaja bukanlah tugas sesaat, melainkan komitmen jangka panjang untuk membangun generasi yang lebih tangguh dan sehat secara mental.