Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) Tahun 2023
Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) merupakan bagian dari kegiatan surveilans HIV- AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali dalam rangka mengetahui besaran kasus HIV terkini (angka prevalensi kasus HIV) di hampir tiap provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta.
Pada STBP tahun 2023, YKB turut serta berpartisipasi di dua kota administrasi yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Sasaran responden adalah Populasi WPS (Wanita Pekerja Seks) dan Pelanggan.
Berbeda dari tahun sebelumnya, STBP tahun 2023 dilakukan dengan lebih lengkap karena pemeriksaan darah lebih lengkap dimana ada pemeriksaan Sifilis dengan RPR dan TP Rapid, Anti HIV, HBSAG (Hepatitis B) dan Anti – HCV (Hepatitis C). Selain itu tim yang terlibat juga melalui seleksi yang ketat untuk memastikan kualitas tim yang akan terlibat STBP menghasilkan survey yang berkualitas. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinkes Kota Depok (Ibu Mary Liziawati) pada pertemuan koordinasi tanggal 16 Juni 2023 dimana Petugas itu mulai dari koordinator, wakil koordinator, pengawas, petugas admin, petugas wawancara hingga key informan diproses melalui skrining baik tes tulis maupun wawancara. Nah untuk WPS ada pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan duh tubuh tapi hanya pada kota tertentu saja seperti Kota Jakarta Barat.
Metodologi yang di pakai dalam pengambilan sampel yang sesuai mencakup pengambilan sampel cluster waktu – lokasi (TLS atau Time Location Sampling) dan pengambilan sampel berbasis responden (RDS atau Respondent Driven Sampling). Sedangkan untuk Populasi WPS dan Pelanggan menggunakan metode TLS
Tujuan STBP yaitu mengetahui prevalensi Gonore, Klamidia, Sifilis, dan HIV diantara populasi paling berisiko dan menganalisa kecenderungannya. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV pada populasi paling berisiko dan populasi rawan (remaja) dan menganalisa kecenderungannya. Mengetahui tingkat perilaku berisiko tertular/menularkan HIV diantara populasi paling berisiko dan menganalisa kecenderungannya. Yang terakhir untuk mengetahui cakupan intervensi pengendalian HIV dan IMS serta dampaknya pada kelompok populasi paling berisiko dan populasi rawan.
Hasil capaian YKB dalam STBP
Hasil capaian STBP tahun 2023 yang dilakukan oleh tim YKB baik di Jakarta Selatan maupun di Jakarta Barat tercapai keseluruhan. Target STBP untuk wilayah Jakarta Selatan untuk WPS sebesar 286 respoden dan pelanggan 400 responden telah tercapai. Demikian halnya dengan capaian STBP di Jakarta Barat pun target WPS 400 responden dan pelanggan 400 responden tercapai secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena jika ada tempat hiburan yang menolak mengikuti STBP, target di bebankan di lokasi hotspot yang mengikuti survey karena jumlah respondennya banyak yang belum mengikuti survey. Ketentuan tersebut berlaku secara nasional.
Kendala yang dirasakan tim di lapangan
Kendala yang paling sering dialami yaitu management meminta agar kegiatan Survey dilakukan dengan jam pelaksanaan yang singkat. Kegiatan STBP dilakukan di jam operasional hotspot sehingga mengganggu jam operasional. Biasanya management hanya memberikan waktu 2 jam untuk proses wawancara. Sementara pewawancara harus mewawancarai responden dengan pertanyaan yang sangat detail. Hal ini tentu saja menjadi tantangan yang luar biasa bagi pewawancara antara waktu yang tersedia dan pertanyaan yang harus ditanyakan dan mendapatkan jawaban dari responden. Apalagi proses wawancara menggunakan handphone yang sering bergantung kepada jaringan sinyal ketika membuka aplikasi pertanyaan STBP.
Bergantinya management tempat hiburan atau hotspot yang menjadi sasaran STBP mengakibatkan pengawas dan key informan mengulang kembali penjelasan kepada managemen baru. Akibatnya jadwal yang sudah ditetapkan tidak berjalan mulus. Lalu tantangan berikutnya adalah tempat hiburan atau hotspot memiliki dokter perusahaan yang juga melakukan tes HIV sehingga perlu negosiasi yang kuat antara pengawas, key informan dan dokter tempat hiburan. Selain itu, tantangan yang tidak kalah menarik adalah wawancara pelanggan untuk hotspot karaoke di Jakarta Selatan terutama daerah Kebayoran Baru karena pelanggannya kebanyakan orang asing seperti Korea dan Jepang. Orang-orang asing tersebut tidak bisa masuk kategori untuk pelanggan dalam STBP sehingga terjadi penyesuaian jumlah responden pelanggan.
Kendala atau tantangan bagi pengawas dan pewawancara adalah seringnya tertukar ID Enum dan ID Cluster pada saat wawancara. Sehingga mengakibatkan error dalam sistem dan terjadi double data. Oleh karena itu, koordinator dan pengawas perlu kesigapan, ketelitian dan kesabaran yang tinggi sehingga proses STBP berjalan dengan lancar. Apalagi durasi waktu pelaksanaan STBP yang cukup singkat sehingga membutuhkan juga stamina yang kuat.
Pembelajaran yang dapat diambil oleh Tim YKB
YKB berpartisipasi dalam STBP sehingga membantu pemerintah untuk mengetahui besaran kasus HIV, IMS dan Hepatitis terkini di Jakarta. Data terbaru tersebut dapat membantu juga pemerintah bersama LSM seperti YKB untuk mengembangkan program HIV, IMS dan Hepatitis selanjutnya.
Bagi tim YKB, pembelajaran terbesar adalah mendapat inovasi terkini dalam kegiatan STBP terkait HIV, IMS dan Hepatitis. Teknologi paperless membantu pewawancara tidak harus membawa kertas untuk melakukan wawancara. Cukup dengan handphone, sehingga ’memaksa’ orang untuk melek teknologi dan menuntut ketelitian dalam melakukan proses wawancara. Petugas wawancara harus membudayakan membaca. Memperbaiki teknik komunikasi dan metode dalam mengolah sebuah pertanyaan agar tidak terkesan kaku. Memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap responden yang akan di ajak untuk wawancara. Belajar dan belajar lagi, kesalahan yang pertama adalah menjadi dasar untuk lebih baik lagi untuk kedepannya.