HIV yang merupakan kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) selalu disandingkan bersamaan. Namun, apakah Anda tahu atau ingat perbedaan di antara kedua nama penyakit menular tersebut?
Baik HIV dan AIDS memang saling berkaitan dan berkesinambungan. Dr Adi Sasongko, MA, salah satu dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) yang telah lama bekerja dalam usaha pencegahan HIV-AIDS mengatakan, bahwa AIDS merupakan komplikasi dari inveksi HIV.
“HIV yang menginfeksi seseorang akan pelan-pelan menyerang dan melemahkan sistem sel darah putih sebagai pertahanan tubuh. Kondisi ini membuat penderita disebut HIV positif, karena gejalanya hanya muncul di darah. Akibat rusaknya sel darah putih, macam-macam infeksi akan menyerang dan tahap ini yang disebut AIDS,” jelasnya dalam acara Skrining Film Cinta dari Wamena, di FKM UI, Depok, Rabu (18/3/2015).
Proses infeksi HIV menjadi AIDS tidak terjadi dalam waktu singkat. Dr Adi menjelaskan bahwa mekanisme pelemahan sistem kekebalan tubuh membutuhkan waktu lama karena jumlah sel darah putih yang bermilyar-milyar. Penemuan menunjukkan bahwa waktu untuk infeksi HIV bisa menjadi AIDS bisa memakan waktu hingga 10 tahunan.
“Seiring dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh, infeksi sampingan akan mudah dialami penderita. ini bisa seperti sariawan, diare, atau TBC. Akibat daya tahan tubuh yang terus menurun, infeksi sampingan akan sering menjangkit dan sakitnya akan berat,” jelasnya.
Gejala HIV positif hanya akan terjadi di dalam sistem darah, dan penderita tidak dapat merasakan tanda-tanda bahwa mereka telah terinfeksi HIV. Direktur Yayasan Kusuma Buana ini pun mengingatkan bahwa mengetahui adanya virus tersebut hanya bisa dilakukan dengan tes darah.
Sumber: health.okezone.com